Rabu, 06 Maret 2013

lucu aja deh

hidup itu indah ... seindah hidupku sekrang heeee,,, bagaimana tidak,,,kl kita sering bersyukur alhamdulillah hidup akan selalu indah..betul tidak~~~ memank kadang ad suka kadang ada duka...nikmati aja deh yach... kayak q nih dsni q hidup dilingkungan pesantren,,,kl sore smp page kl siang cari rizki tuk biaya hidup bayar kul lah byr mkan lah haaa byar ap aj bisa kalau ad duet.. tapi yang ingin q cerikan bukan msalah krj at duet loh dsni... q mau cerita lucu yang mewarnai kehidupanku haaaa dibilang lucu bangettt menrtku tp dibilang apes itu buat tmnku haaaa setiap sore dipondk kami diadakan pembacaan waqiah fadhilah ..dilaksanakan pd waktu sore sebelum magrb datang smua santri berkumpul di mushola ,,yang dipimpin langsung oleh romo yai sendiri kalau beliau tidak berhalangan.. nah ad kisah lucu dsni haaaa aku mau ketawa dlu ah...haaaa eng ing eng kita mulai,,,,sekarang ukey,,, "nah kadang orang juga merasa lelah beraktifitas seharian trs sore dtang langsng siap2 ikut jamaah pembacaan waqiah temanku ad yang ngantuk wakttu itu haaa,,,haaa..si umikku yang baik hati n kadang agak galak seh heee,,,tp galaknya kan buat kebaikan gak papa kan haaa,,,,nah tmnku yang tdr itu ketahuan am umikku,,,abah mmpin jamaah dengan serius eh malah santrinya tdr bukannya kurang ajar tuh...tp kalau ngantuk mau gmn lage yak,,,gak nahan seh haaa,,,nah dia asyik tdr sembari bersandar di tiang haaa,,,eng ing eng tanpa banyak bicara umik langsng lipat2 sajadah..ditebaslah si kawanku yang tdr tadi dengan kerasnya...wkwkwkwkwk....santri yang tau pada ketawa,,,haaa,,,kshan sekaleee....dlm hatiku..gmn kalau itu trjadi padaku yah..udh deh malu setengah mati wkwkwkwkwkk.... semoga itu tdak trjadi padaku amin..... indah sekali kawan kl kita selalu bersama n dekat dengan orang² sholeh sholihah...n tinggal di kawasan pesantren ada duka kadang ad duka...lebih2 dijam2 waktu majlis...smua maalaikat melebarkan sayapnya buat kita..seperti hadist ini"Sesungguhnya malaikat melebarkan sayapnya bagi para pencari ilmu dan meridhoinya" jangan patah semangat yah kawan jika ingin berhasil.."man jadda wa jadda"

Minggu, 03 Februari 2013

Hsil PPl q,,,,(conth Lap PPLQ)

LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DAN OBSERVASI KELAS DI MTS SUNAN KALIJOGO Disusun untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Dosen Pembimbing Lapangan: Nafi’ Mubarok SH.MHI Oleh: Siti nurjanah FAKULTAS TARBIYAH STAI TARUNA SURABAYA 2012 PERSETUJUAN Naskah laporan pelaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II tahun 2012 di MTs Sunan Kalijogo Surabaya ini telah disusun sesuai dengan petunjuk. Oleh karena itu kami menyetujui naskah tersebut yang merupakan komponen penyelesaian program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II pada: Hari : Senin Tanggal : 8 Oktober 2012 Surabaya 8 Oktober 2012 Mengetahui, Guru Pamong Dosen Pembimbing Syahid Mutaklifin S.Pd Nafi’ Mubarok HALAMAN PENGESAHAN Kepada Yth: Dekan Fakultas Tarbiyah STAI TARUNA Di tempat Assalamaualaikum wr.wb. Bersama ini kami sampaikan bahwa setelah meneliti dan memeriksa laporan hasil Praktek Pengalaman Lapangan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI TARUNA Surabaya pada tanggal 8 Oktober – 3 November 2012 di MTs Sunan kalijogo Simo kalangan 172K yang disusun oleh: 1. Hadi Mahmud 2. Nuryahman 3. Nuryaturrohmah 4. Imas 5. Burhan 6. Subekhi 7. Siti Nurajanah 8. Ummu Sholichatin 9. Gunawan 10. Mudzakir 11. Wafi Maka, dapat Kami terima dan disetujui. Karena itu, mohon dengan hormat kepada Dekan Fakultas Tarbiyah STAI TARUNA Surabaya berkenan menerima hasil laporan PPL ini sebagai persyaratan menyelesaikan program studi S- 1 STAI TARUNA Surabaya. Wassalamualaikum wr.wb Surabaya November 2012 Dosen Pembimbing Lapangan Kepala MTs Sunan kalijogo Nafi’ Mubarok MH.MHI KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang maha dipuji dengan selaga limpahan kasih sayangNya kami masih mampu manimba sedikit ilmu yang menetes kedunia ini. Semoga kami termasuk kedalam firmanNya: yarfa’illahu al-ladzina amanu minkum walladzina utul ‘ilma darajat. Amin. Muara kasih RahmadNya mudah-mudahan senantiasa tercurah ke pangkuan Nabi Muhammad SAW -Sang Pembebas Kebodohan-. Dengan selalu mengikuti dan menjalankan ajaran beliau, semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atul ‘udzma fi yaum al makhsyar. Amin. Dalam pengantar yang sederhana ini ijinkan kami berterima kasih keapada: 1. Dekan Fakultas STAI TARUNA Surabaya 2. Dosen pembimbing lapangan 3. Kepala Madrasah Tsanawiyah Sunan kalijogo Simo Kalangan 172 K 4. Siswa-Siswi MTs Sunan Kalijogo Simo Kalangan 172 K Nama- nama yang tersebut diatas sangat berperan penting dalam mendukung terselesainya laporan ini. Kekurangan dan kelemahan penyusunan laporan PPL ini sekaligus mengundang berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik konstruksi kepada kami. Akhir kata, semoga apa yang kami susun ini bisa bermanfaat dan inspirasi terlebih bagi kami dan bagi dunia pendidikan. Amin Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thariq Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya 8 Oktober 2012 Tim penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan PPL 1 C. Ruang lingkup 2 D. Tempat dan waktu………………………………………………3 BAB II. LAPORAN PELAKSANAAN PPL A. Gambar Lokasi PPL 4 1. Sejarah Singkat MTs Sunan Kalijogo 4 2. Keadaan Kurikulum ..............................5 3. Keadaan Siswa ......................................5 4. Keuangan sekolah……………………..7 5. Kepegawaian/Ketenagaan......................8 6. Hub. Sekolah dengan masyarakat..........9 7. Sarana dan Prasarana............................10 B. Hasil PPL.....................................................................................14 1. Pelaksanaan latihan pembelajaran..........................................14 1. Perencanaan Mengajar………………………………..14 2. Pelaksanaan Mengajar………………………………...18 3. Evaluasi Pembelajaran………………………………..21 4. Kegiatan lainnya………………………………………21 2. Bidang Ekstrakurikuler……………………………………..22 3. Bidang Administrasi………………………………………..22 BAB III. PENUTUP A. Simpulan.....................................................................................22 B. Saran……………………………………………………………22 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagaimanadiketahui bahwa pembangunan nasional kita adalah pembangunan manusia indnesia seutuhnya dan pembangunan seluuh masyarakat indonesia, Upaya untuk mewujudkan cita-cita pembangunan tersebut merupakan tanggung jawab bersama, baikpemeritah, swasta, ulama,umara, cendekiawan. PraktekPengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa Tarbiyah merupakan bagian dan kegiatan Intra Kurikuler. Sekaligus sebagai bentuk erwujudan Tri Dharma perguruan Tnggi yang pelaksanaannya menyangkut pada pemangunan disegala bidang. PPL juga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untukmenjembati antara perguruan tinggi sebagai tempat studi dan lembaga pendidikan sebagai tempat praktek, sehingga dengan kegiatan tersebut diharapkan bagi lembaga pendidikan dapat mengambil manfaat secara langsung terhadap keberadaan perguruan tinggi, sedangkan bagi perguruan tinggi dapat mengembangkan cakrawala pemikiran ilmiah sesui dengan kenyataan yang ada dilapangan dan tengah masyarakat. Mahasiswa STAI Taruna Surabaya sesui dengan disiplin keilmuan dituntut untuk mampu memberikan sumbangan dharma baktinya didalam melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan. 2. Tujuan PPL Sesui dengan latar belakanga masalahdiatas, maka Praktek PengalamanLapangan mempunyai beberapa tujuan,diantara lain: 1. Tujuan Umum a. Membimbing para mahasiswa kearah terbentuuknya pibadi yang memiliki sikap, pengetahuan ketrampilan yang diperlukan bagiprofesi keguruan. b. Membimbing para mahasiswa untukmemiliki kepribadian pendidik yang baik dan setia pada profesinya sertamampu mengembangkan ilmu pengetahuan sesuatu dengn bidang pendidikan. c. Membimbing para mahasiswa untuk menghayati dan menghargai dalam semua kegiatan, sehingga dapat membentuk sikap mental yang sesui dengan profesi seorang guru atau pendidik. 2. Tujuan Khusus Untuk memenuhi tugas yang wajib ditempuh oleh mahasiswa sebagai tuntutan akademik . Untukmengambangkan dan mempraktekkan teori dan ilmu pengetahuan yaitu : a. pendidikan dan pengajaran b. penelitian c. pengabdian masyarakat. 3. Ruang Lingkup PPL Dari tujuan PPL diatas dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup PPL mahasiswa STAI Taruna Surabaya meliputi: 1. Praktek mengajar, baik intra maupun ekstra kulikuler 2. Membantu penataan administrasi. 3. Membantu penataan Perpustakaan 4. Waktu dan tempat PPL 1. Tempat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL II) Praktek pengalaman lapangan (PPL II) ini di MTs Sunan Kalijogo,Simo Kalngan 172K Surabaya. 2. Waktu Praktek Pengalaman Lapangan (PPL II) a. PPL dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan mulai tanggal 8 Oktober 2012 - 3 November 2012 di MTs Sunan Kalijogo secara magang, dalam artian seorang calon guru (mahasiswa/mahasiswi) ditempatkan dan dipercayakan pembinaannya kepada Kepala Sekolah tempat PPL beserta guru pamong (Guru Mata Pelajarn), sedang calon guru (mahasiswa/mahasiswi) diberikan peranan oleh guru pamongnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran sebagai layaknya seorang guru. b. Pelaksanaan PPL ditentukan oleh ketua Laboratorium Micro-Teaching beserta Kasabug Akademik Fakultas Tarbiyah STAI TARUNA Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Dekan. BAB II LAPORAN PELAKSANAAN PPL A.Gambar Lokasi PPL 1.sejarah singkat MTs Sunan kalijogo Surabaya MTs Sunan kalijogo berdiri pada tahun 2007, yang bertempat di Jalan Simo Kalangan 172K Surabaya. MTs Sunan kalijogo mempunyai tempat yang strategis yaitu di daerah perkotaan dekat dengan jalan raya. Awal mulanya di Sunan kalijogo hanya terdapat Pondok Pesantren yang Pimpin Oleh KH. Muchsin Nurhadi. Karena santrinya adalah para pekerja buruh pabrik dan juga staf karyawan, dengan perkembangan kota maka pabrik-pabrikpun banyak yang pindah ke pinggir kota sehingga para santripun juga ikut pindah. Dengan lokasi yang memungkinkan dan strategis maka dibukalah sekolah formal MTs Sunan Kalijogo. Kenapa bisa dinamakan Sunan kalijogo bukan nama lainnya? Karena Romo Yai Muchsin Nurhadi tidak ingin menghilangkan induknya yaitu Ponpes Sunan kalijogo. Struktur Organisasi MTs Sunan Kalijogo (terlampir) Kebijaksanaan Sekolah Kebijaksanaan sekolah yang dilaksanakan di MTs Sunan kalijogo mempunyai visi dan misi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di MTs Sunan kalijogo, yaitu : 1. Visi MTs Sunan kalijogo “Mewujudkan terbentuknya generasi quran I,berilmu,beramal,terampil,dan bermoral” dengan indikatornya sebagi berikut: 1. Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai islam sebagai pedoman hidup,sikap hidup,sikap hidup dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari –hari. 2. Menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. 3. Memiliki daya saing dalam prestasi akademik. 4. Memiliki daya saing dalam memasuki pendidikan menengah lebih lanjut (SMK/SMA/MA) 5. Memiliki daya saing dalam prestasi non akademik. 6. Memiliki daya saing dalam prestasi KIR pada tingkat lokal atau nasional. 7. Memiliki daya saing dalam prestasi ICT9Information and Communications technology) 8. Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olahraga. 9. Memiliki kepedulian beradaptasi dan survive dilingkungannya. 10. Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman dan konduktif untuk belajar. 11. mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. 2. Misi MTs Sunan Kalijogo • Menumbuh kembangkan sikap dan amaliyah keagamaan islam. • Membimbing siswa kearah pribadi berakhlak Qurani melalui pembelajran dan pengembangan Al.Quran secara intensif • Melaksanakan pembelajran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal. • Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah baik prestasi akademik maupun non akademik. • Mengembangkan kemampuan bebahasa arab dan inggris • Membantu dan memfasilitasi setiap siswa untuk mengenali dan mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara lebih optimal. • Menyelenggarakan proses pendidikan berwawasan imtaq,iptek,dan lingkungan secara terpadu ,terarah dan peningkatan berlanjutan. • Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan komite madrasah. • Menerapkan pelayanan bermutu. • Melaksanakan prinsip learning dan gowth bagi pembinaan tenaga akademik dan pengembangan institusi serta sarana dan prasarana madrasah • Menciptakan lingkungan madrasah yang aman sehat bersih dan indah Tujuan Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat yang berwawasan kedepan, sehingga tercipta sumber daya manusia yang handal beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa serta mampu bersaing di era globalisasi. 2. Keadaan Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu pedoman bagi guru yang ada di Instansi sekolah, khususnya di MTs Sunan kalijogo. Kurikulum juga merupakan seperangkat mata pelajaran dan materi yang menjadi pedoman untuk disampaikan kepada peserta didik. Di dalamnya terdapat Materi pelajaran yang terdata dan tertera dalam buku-buku teks berupa data, informasi atau bahan pelajaran lainnya. Di MTs Sunan kalijogo materi yang diajarkan adalah materi yang ada dalam buku pegangan masing-masing untuk tiap bidang studi, akan tetapi tetap mengacu pada kurikulum. Disamping itu guru juga mempunyai buku paket untuk setiap materi pelajaran sebagai penunjang pelajaran agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar, yaitu meliputi: 1. Kelengkapan Kurikulum 2. Program Tahunan/Semester, Pembagian Tugas dan Pembagian Jadwal Pelajaran 3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Pelaksanaan penilaian 5. Pengaturan Laporan Kemajuan Belajar Siswa 6. Kebijaksanaan Sekolah Dibidang Pengajaran 3. Keadaan Siswa 1. Perencanaan Penerimaan Siswa Baru Dalam program penerimaan siswa baru, sekolah membuka pendaftaran dengan persyaratan sebagai berikut: • Akta kelahiran • Ijazah SD/MI • Nilai UAN. Jumlah siswa baru yang diterima untuk tahun ajaran 2010/2011 ini adalah siswa. Kegiatan penerimaan siswa baru meliputi : • Pengumuman pendaftaran • Waktu pendaftaran • Pengumuman penerimaan siswa • Pengumuman hari masuk sekolah 2. Pengaturan Pengelompokan Siswa Pengelompokan siswa di MTs Sunan kalijogo dilakukan secara adil dan merata yaitu didasarkan pada jenis kelamin (dengan sistem hiterogen). Selain itu juga didasarkan pada kemampuan lebih dibandingkan teman-teman lainnya sebagai ketua kelompok belajar. Jadi dalam satu kelompok itu terdapat siswa yang mempunyai tingkat intelejensi yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar memudahkan kontrol guru terhadap kegiatan belajar siswa. 3. Kehadiran Siswa Kehadiran siswa setiap hari dicatat dalam absensi kelas di papan absen kelas masing-masing. Di papan absen hanya ditulis siswa yang tidak masuk beserta keterangannya, sedangkan di buku absensi kelas dicatat semua siswa baik yang masuk maupun yang tidak masuk beserta keterangannya. 4. Pengaturan Pembinaan dan Tata Tertib Siswa Dalam mewujudkan pembinaan sikap dan mental siswa yang teratur dan tertib dalam lingkungan sekolah, maka dibentuk tata tertib sekolah yang berlaku bagi semua siswa secara umum. Apabila ada yang melanggar tata tertib dapat diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang ada dalam buku tata tertib. Peraturan tersebut berupa aturan tata tertib yang harus ditaati beserta sanksi terhadap setiap pelanggaran. 5. Pengaturan Mutasi Siswa Siswa yang pindah dari MTs Sunan kalijogo ke sekolah yang lain akan dicatat dalam buku mutasi siswa. Prosedur mutasi diawali dengan surat permohonan pindah dari orang tua, kemudian setelah permohonan diterima maka siswa yang berhubungan dengan keperluan kepindahan sekolahpun pindah. Untuk siswa yang pindah dari sekolah lain dan akan masuk ke MTs Sunan Kalijogo akan dilayani dengan syarat sebagai berikut : a. Surat permohonan dari orang tua b. Surat pindah dari sekolah asal c. Nilai raport 5. Pengaturan Lulusan dan Alumni Para lulusan MTs Sunan Kalijogo tercatat dalam buku induk sekolah. Setiap akhir tahun dalam melepas lulusan akan diadakan perpisahan bagi kelas IX(sembilan) dan lulusan ini meninggalkan kenang-kenangan yang bermanfaat bagi generasi penerusnya. 6. Berbagai Kebijakan Sekolah Dibidang kesiswaan 1) Adanya tambahan jam pelajaran 2) Adanya kegiatan eklstra kurikuler komputer 3) Adanya kegiatan ekstra kurikuler yang dibagi berdasarkan kelas dan jenis kelamin. 4.Keuangan Sekolah 1. Sumber Keuangan Sekolah Sumber pendapatan rutin MTs Sunan Kalijogo adalah pendapatan rutin BEBDA dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) baik dari pusat maupun daerah/Kota. 2. Pengelolaan Dana dari Sumber Keuangan Sekolah o Penggunaan Biaya Nonprogram Sekolah - Belanja Pegawai o Penggunaan Operasional - Pembayaran HR GTT dan PTT - Belanja barang - Belanja barang habis pakai - Belanja daya dan jasa - Kegiatan belajar mengajar - Kegiatan kesiswaan - Pengembangan profesi guru - Penyelenggaraan perpustakaan - Evaluasi dan ujian - Biaya pemeliharaan dan perawatan - Pengadaan buku - Penambahan sarana dan prasarana - Biaya Lain-lain 5. Kepegawaian / Ketenagaan Jumlah tenaga pendidik dan personil yang terkait dalam proses belajar mengajar di MTs Sunan Kalijogo tahun 2011/2012 sebanyak 25 orang terdiri dari 3 orang PNS guru tetap 4 orang dan 18 orang Sukwan Keadaan ketenagaan berdasarkan daftar urut kepangkatan ( terlampir ) Secara umum guru ketenagaan lainnya sudah melaksanakan tugas sebagai mana petunjuk yang ada. 1. Pelaksanaan Peraturan Disiplin PNS Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas perlu peraturan yang mengendalikan disiplin pegawai negeri sipil.Peraturan disiplin pegawai negeri sipil dimuat dalam PP Nomor 30 Tahun 1980. Pelaksanaan tentang dsiplin pegawai negeri sipil dapat mengacu kepada Surat Edaran BAKN Nomor 23/SE/1980 tanggal 30 Oktober 1980 yang memuat tentang : a. Pelanggaran disiplin b. Tingkat dan jenjang hukuman disiplin c. Pejabat yang berwenang menghukum d. Tata cara pemeriksaan e. Penjatuhan hukuman, yang meliputi : f. Keberatan atas hukuman disiplin g. Berlakunya keputusan hukuman disiplin h. Penjatuhan hukuman disiplin yang menjadi wewenang presiden i. Hapusnya kewajiban menjalankan hukuman disiplin j. Calon pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil. 2. Pengembangan Profesi Guru Seorang guru SMP/MTs tidak cukup hanya mengandalkan ilmu yang diperolehnya di bangku sekolah. Setiap saat ia harus mengembangkan profesinya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan profesi ni dapat dicapai, antara lain, dengan lomba karya ilmiah, mengarang, dan lain-lain. 3. Kebijakan Kepala Sekolah Dibidang Kepegawaian Di MTs Sunan Kalijogo Kepala Sekolah memberikan beberapa peraturan yang harus ditaati oleh guru, kebijakan itu diberikan untuk meningkatkan kinerja para guru. Bagi guru yang melanggar peraturan akan dikenakan sanksi. 6. Hubungan Sekolah dan Masyarakat 1. Hubungan Kerjasama Sekolah dengan Dewan Sekolah o MTs Sunan Kalijogo mempunyai hubungan yang baik dengan pengurusan Dewan Sekolah. Pengurus Dewan Sekolah sepenuhnya diangkat dari wali murid melalui rapat wali murid bersama dewan guru. Pengurus Dewan Sekolah ini dipilih setiap 1 tahun sekali. Peranan Dewan Sekolah cukup besar dalam kemajuan pendidikan. o Rapat wali murid diadakan secara berkala untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah dan dapat juga dilaksanakan sewaktu-waktu apabila diperlukan, seperti halnya ada masalah pada siswa yang perlu penaanganan secepatnya. 2. Usaha Pendayagunaan Sumber Daya Lingkungan Hubungan sosial MTs Sunan Kalijogo dengan masyarakat sekitar nampak baik, hal ini disebabkan letak sekolah yang dekat dengan perumahan masyarakat. Dalam pendayagunaan sumber daya lingkungan untuk usaha peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari hubungan sekolah dengan instansi-instansi yang ada di sekitar sekolah. 3. Pengaturan Peringatan Hari-hari Besar Nasional dan Upacara Sekolah Pengaturan sekolah dalam hal peringatan hari besar yang biasanya diperingati adalah hari-hari besar Islam seperti maulud Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Idul Fitri serta Idul Adha. Sedangkan hari besar yang lain seperti hari Pendidikan Nasional dan peringatan hari Kemerdekaan RI selain dilaksanakan upacara juga diadakan kegiatan kreativitas siswa seperti lomba kaligrafi, puisi, lomba memasak, pidato 3 bahasa(B.Inggris,B.Arab,B.Jawa),cerdas cermat.Perlombaan ini dilaksanakan baik individu, antar kelompok maupun antar kelas. 4. Berbagai Kebijakan Sekolah Dibidang Hubungan Masyarakat • Kunjungan guru bersama –sama murid jika guru atau murid ada yang mengalami musibah • Membantu korban bencana alam dengan cara mengumpulkan dana dari siswa siswi yang kemudian mereka mengunjungi dengan perwakilan. 7. Sarana dan prasarana Buku dan pendidikan menurut mata pelajaran No Mapel Buku Alat pendd Pegangaguru Teks Siswa Penunjang Peraga(set) Praktik(set) Media(set) Jumlh judul Jumlh Eks Jumlh judul Jumlh Eks Jumlh judul Jumlah Eks 1 PPkn 2 Matematika 3 B.Indonesia 4 B.Inggris 5 Biologi 6 Fisika 7 Ekonomi 8 Pendd.Jasmani 9 Kesenian 10 Ekonomi 11 Sejarah 12 Geografi 13 B.Arab 14 Fiqih 15 Qurdis 16 Aqidh A. Perlengkapan sekolah Kursi murid Meja murid Kursi Guru Meja Guru Rak Buku Lemari 8 Filling kabinet - Brangkas 1 Komputer 11 Dll Ruang menurut jenis, status kepemilikan,kondisi dan luas No Jenis ruang Milik Bukan milik baik Rusak berat Rusak ringan jumlh luas jumlh luas jumlh luas jumlh luas 1 Ruang teori/kelas 6 2 Lab. Kompi 1 3 Lab. Bologi 4 Lab.Kimia 5 Perpus 1 6 BP/BK 7 Kpl skul 1 8 Guru 1 9 TU 10 K.Mandi/wc 4 11 Gudang 1 B. Hasil PPL 1.Pelaksanaan Latihan Pembelajaran Praktek pengalaman Lapangan Fakultas Tarbiyah khususnya PPL II dapat disebut latihan mengajar bagi mahasiswa, karena PPL II seperti yang dilaksanakan selama ini, bagi mahasiswa sebagai calon guru telah dihadapkan pada siswa sesungguhnya sehingga mahasiswa dituntun selain menguasai mata pelajaran, pengkondisian kelas, juga harus mampu mengadakan pendekatan terhadap siswa dan Sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru atau mahasiswa terlebih dahulu harus mempersiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah instrumen administrasi perencanaan pembelajaran yang harus dipersiapkan. agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain itu, calon guru harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan profesinya sebagai pendidik sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh tehadap tugas seorang pendidik. Kegiatan yang harus dan yang telah dilakukan oleh para calon guru (mahasiswa) meliputi: 1. Perencanaan Mengajar a. Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajara mengajar. Dan fungsi utama dari kurikulum adalah untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Adapun kurikulum yang dipakai di MTs Sunan Kalijogo,Surabaya adalah kurikulum KTSP yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikeluarkan oleh BNSP tahun 2006, dengan begitu materi dapat disusun secara terpadu dan materi praktik dengan pendekatan dan kesimbangan ranah kognitif, efektif dan pesikomotoris. Dan selama pelaksanaan latihan pembelajaran, kurang lebih 1 bulan lamanya, kami mengikuti kurikulum yang telah diterapkan di MTs Sunan kalijogo dengan kurikulum yang telah dikeluarkan oleh BNSP tahun 2006, yaitu KTSP. b. Rincian Pekan Efektif (RPE) Rincian pecan Efektif adalah perhitungan jumlah pekan efektif yang diperoleh dari jumlah pekan dalam satu semester dikurangi dengan jumlah pekan yang tidak efektif. Fungsinya untuk mengetahui distribusi alokasi waktu tatap muka, ulangan harian, cadangan, ujian tengah semester , ujian akhir semester dan lain sebagainya. c. Program Tahunan (PROTA) Program tahunan merupakan program pembagian atau alokasi waktu yang tersedia dengan banyaknya topik bahasan atau kompetensi dasar yang harus diberikan dalam satu tahun. Fungsinya sebagai pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya yakni program semester, program mingguan dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan. Dan selama penyusunan PROTA kami sendiri telah menggunakan format dari pihak sekolah. Adapun progaram tahunan yang digunakan di MTs Sunan Kalijogo, Surabaya sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas. d. Program Semester (PROMES) Program semester adalah merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang hendak dicapai dalam semester dan merupakan penjabaran dari program tahunan. Fungsinya untuk menyusun pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan mencapai efisiensi dan efektifitas waktu belajar yang tersedia. e. Pengembangan Silabus Pengembangan silabus merupakan suatu pengembangan kurikulum tingkat bidang studi. Pada tingkat ini dilaksanakan pengembangan silabus untuk bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Pengembangan silabus merupakan upaya dari pengembangan dan pelaksanaan kurikulum, pemberdayaan tenaga pendidikan, pemanfaatan sumber daya pendidikan, dan penggunaan berbagai sumber informasi dalam pembelajaran. Prinsip pengembangan silabus : ilmiah, relevan, sistematis, memadai, konsisten, aktual dan konstektual, fleksibel, menyeluruh. Langkah-langkah pengembangan silabus : analisis standar kompetensi, rumusan tujuan PBM dan materi ajar, rumusan kegiatan pembelajaran, menentukan penilaian, menentukan sumber bahan, menentukan alokasi waktu. Fungsi dari pengembangan silabus : Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan serta mengelompokkan sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (ketrampilan), nilai dan sikap, mendiskripsikan kompetensi serta mengelompokkan sesuai dengan skope atau skuensi, dan mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya. f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan suatu perencanaan dalam pembelajaran yang dibuat oleh guru yang menggambarkan prosedur, manajemen pembelajaran dan merupakan rencana jangka pendek untuk memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh seorang guru dan siswa-siswa dalam proses pembelajaran nantinya. Jadi pada hakikatnya RPP merupakan sebuah susunan skenario pembelajaran. Penyusunan RPP mempunyai dua fungsi yaitu : fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru untuk lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Fungsi pelaksanaan adalah bahwa dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam penyusunan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pihak sekolah MTs Sunan kalijogo telah menunjukkan kepada kami suatu susunan yang menarik dan tantangan tersendiri dari kami. Karena dalam penyusunan tersebut terdapat penjelasan pada tiap-tiap poinnya yang sangat jelas hingga mudah di fahami oleh kami. Sedangkan dalam pelaksanaannya atau kesesuaian guru pengajar dengan RPP yang telah dibuat, kami rasa sudah sesuai. g. Daftar Penilaian Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan daftar nilai adalah laporan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.Adapun penilaian pendidikan yang diterapkan di MTs Sunan kalijogo kurang lebih telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tgl 11 juni thn 2007 tentang standar penilaian pendidikan. Tidak lain tujuan utamanya adalah pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dan selama pelaksanaan latihan proses belajar mengajar, kurang lebih 1 bulan lamanya kami telah berusaha untuk mengikuti apa yang telah diharapkan di MTs Sunan kalijogo. 2. Pelaksanaan Mengajar a. Membuka pelajaran Pada awal pelajaran guru melakukan komponen-komponen dalam membuka pelajaran yang meliputi: 1) Membangkitkan perhatian siswa dengan cara: a) Memvariasikan sikap dan gaya mengajar guru, seperti variasi dalam tata cara posisi guru, masuk kelas, suara dan sebagainya. b) Menggunakan media pembelajaran seperti gambar, skema dan lain sebagainya. 2) Menumbuhkan motivasi a) Selalu bersemangat dan antusias b) Menimbulkan rasa ingin tau seperti menunjukkan gambar yang telah merangsang cara berpikir siswa c) Memerhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian siswa terhadap suatu peristiwa yang terjadi 3) Memberi Acuan a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas. b) Memberikan petunjuk tentang langkah-langkah kegiatan, mengajukan pertanyaan dan arahan. 4) Menunjukkan Kaitan a) Mengkolerasikan pelajaran yang lalu dengan pelajaran selanjutnya. b) Memberikan pertanyaan sesuai dengan materi. b. Menjelaskan Materi Pelajaran Ketrampilan menjelaskan merupakan ketrampilan yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat penjelasan dan uraian tentang bahan materi yang akan dipelajari. Beberapa komponen dalam menjelaskan antara lain: 1) Orientasi Memberikan arahan pada siswa atau mengantarkan siswa pada pokok permasalahan dan materi yang akan dipelajari. 2) Bahasa yang Sederhana Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa 3) Penggunaan Contoh <> Induktif : guru memberikan contoh-contoh terlebih dahulu kemudian menarik simpulan <> Deduktif : Guru mengemukakan materi terlebih dahulu kemudian baru memberikan contoh-contoh. 4) Sistematika pembahasan Guru harus mampu menjelaskan materi ajar secara urut dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan lain. 5) Stuktur Menunjukkan langkah-langkah atau jalan pikiran yang jelas seperti penggunaan bagan, gambar atau media lainnya. 6) Variasi dalam penyampaian Dalam mengajar, guru harus menggunakan variasi yang berbeda dalam penyampaian materi ajar dengan tujuan agar siswa tidak bosan dan jenuh. Seperti dapat pula menggunakan alat peraga, atau metode yang berbeda seperti diskusi, ceramah, Tanya jawab, permainan dan lain sebagainya. 7) Feed Back/ Balikan Memberikan pertanyaan, penerapan atau latihan kepada siswa dengan tujuan untuk mengukur kemampuan setiap peserta didik. c. Metode/ Strategi Pembelajaran Didalam kegiatan belajar mengajar, metode merupakan hala yang sangat penting bagi seorang guru, karena dengan metode yang bervariasi tidak akan memberikan kejenuhan bagi siswanya. Disamping itu dengan metode yang tepat akan menunjang keberhasilan guru dalam mendidik anaknya. Dalam penggunaan ini guru juga harus bisa melihat situasi dan kondisi peserta didik. Metode yang di gunakan diantaranya diskusi, ceramah, Tanya jawab, dan sebagainya. d. Variasi Dalam ketrampilan variasi ini komponen yang harus diperhatikan : 1) Variasi dalam mengajar  Suara guru harus bisa di tangkap oleh semua muridnya  Mengarahkan perhatian siswa  Gerak-gerik tangan  Posisi guru dalam mengajar 2) Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan peserta didik e. Menutup pelajaran 1) Guru mininjau kembali pokok bahasan yang telah dijelaskan 2) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik 3) Guru memberikan evaluasi atau penugasan 3. Evaluasi pembelajaran a. Melaksanakan penilaian berbasis kelas b. Merumuskan jenis dan bentuk tagihan evaluasi c. Melakukan pengukuran ketercapaian kompetensi d. Menyusun laporan hasil pembelajaran Tugas dan kegiatan seorang guru harus dilaksanakan oleh mahasiswa atau calon guru untuk mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab secara mrnyeluruh. Mengenai kegiatan pendidikan dapat dibaca pada lembaran berikutnya dalam perangkat pembelajaran. 4. Kegiatan Pendidikan Lainnya Sebagai upaya sepenuhnya agar lebih optimal, terbentuknya kompetensi professional, selain juga mengajar mahasiswa juga mengikuti kegiatan lain, diantaranya: a. Mengikuti kegiatan Istiqosah setiap hari Sabtu b. Membantu secara aktif aktifitas yang berada di Perpus c. Membantu pelaksanaan Pondok Ramadhan di Sekolah Kegiatan tersebut di atas di persiapkan dalam upaya penunjang lebih kreatif serta terciptanya sebaagai calon pendidik yang tangguh dan profesional. 2. Bidang Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTs Sunan Kalijogo dilaksanakan setiap hari Selasa-sabtu yang terdiri dari : 1) Menjahit Diikuti oleh anak anak siswi(Perempuan) dari kls VII-IX 2) Futsal Diikuti semua siswa (laki-laki) dari kls VII-IX 3) Kaligrafi Diikuti semua siswa siswi(laki² dan perempuan) dari kls VII-IX 4) Terbangan&gambus Diikuti semua siswa siswi(laki² dan perempuan) dari kls VII-IX 3. Bidang Administrasi Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses kegiatan yang digunakan dan diusahakan dengan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu agar senantiasa siap dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna membantu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun administrasi yang digunakan di MTs Sunan kalijogo adalah sebagai berikut: 1. Buku Agenda, surat masuk dan seurat keluar. 2. Surat ekfedisi yaitu surat yang telah dikeluarkan atau surat bukti tanda tangan yang bersangkutan. 3. Buku penerimaan murid. 4. Buku Induk. 5. Buku absensi murid dan guru. 6. Infentaris. 7. Buku keuangan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan PPL di MTs Sunan Kalijogo maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Proses belajar mengajar di MTs Sunan Kalijogo berjalan sangat baik. Hal ini terjadi karena lepasnya dukungan dari tenaga pengajar serta fasilitas sekolah yang memadai. 2. Praktikum dalam pelaksanaan PPL mendapat pengetahuan yang amat besar sebagai calon pengemban amanah guru kelak, baik dalam proses belajar mengajar di kelas maupun kegiatan di kependidikan lainnya. B. Saran Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan seorang mahasiswa/i dalam mentransfer ilmu yang didapat dibangku kuliah kepada peserta didik lainnya. Selain itu, semua ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan para dosen-dosen perkuliahan, dan dekan fakultas STAI TARUNA serta para instansi-instansi yang terkait di dalamnya. Penulis juga sangat menyadari bahwa penyusunan laporan praktek pengalaman lapangan (PPL) ini sangatlah kurang dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya dapat membangun kualitas para pendidik (calon guru) sangat diharapkan. semoga bermanfaat

Selasa, 19 April 2011

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN PAI MENURUT KTSP

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab:al-Taqdir / Penilaian. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Menurut Worthen dan Sanders (1979 : 1) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
Sedangkan menurut Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran juga merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran “.(Oemar Hamalik,1995:57) Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD.
Menurut Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan.
Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum. Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.

2. Evaluasi Pembelajaran Menurut KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Adapun landasan dalam KTSP adalah UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006.
a. Acuan Operasional KTSP
• Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
• Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
• Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
• Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
• Tuntutan dunia kerja
• Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Berikut di bawah ini alur pelaksanaan evaluasi dalam KTSP, sebagai berikut:

b. Prinsip-prinsip Penilaian
Sebagaimana yang dikutip dalam http://www.scribd.com/doc/4163440/Sistem-Penilaian-KTSP prinsip-prinsip penilaian dalam KTSP sebagai berikut:
 Valid
Penililalian Berbasis Kelas (PBK) harus mengukur obyek yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis alat ukur yang tepat atau sahih (valid). Ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.
 Adil dan Objektif
PBK harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa dianaktirikan.
 Terbuka
PBK hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
 Bermakna
PBK diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
 Menyeluruh
PBK harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
 Berkesinambungan
PBK harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.
c. Tujuan Evaluasi KTSP
Tujuan khususnya, antara lain agar peserta Evaluasi KTSP dapat: (a) memahami dan menerapkan kebijakan umum pengembangan pendidikan lanjutan pertama termasuk implikasi PP 19 tahun 2005; (b) meningkatkan pemahaman dan keterampilan tentang konsep dasar KBK dan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); (c) meningkatkan pemahaman tentang kebijakan pengembangan kurikulum dalam rangka implementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 22, 23 dan 24 tahun 2006; (d) meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangkan Penilaian Berbasis Kelas, ketuntasan belajar, model rapor, dan evaluasi program; (e) meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam merancang pengembangan Mulok dan Pengembangan Diri; (f) meningkatkan pemahaman peserta tentang pengembangan model pembelajaran IPA dan IPS terpadu; (g) meningkatkan pemahaman peserta dalam mengembangkan Pembelajaran Kontekstual dan Pendidikan Teknologi Dasar; (h) meningkatkan pemahaman peserta tentang konsep manajemen dan jaringan kurukulum, serta supervisi kurikulum; (i) mengimplementasikan kurikulum yang berlaku dalam kegiatan belajar mengajar yang efektif; dan (j) mengkomunikasikan hasil Evaluasi KTSP kepada teman sejawat di daerah.

3. Evaluasi Pembelajaran PAI Menurut KTSP
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) Ketiga ranah ini sebaikanya dinilai proposional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai contoh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Al-Quran, Aqidah-Akhlaq, fiqh, dan tarikh) penilaiannya harus menyeluruh pada segenap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari setiap materi. Misalnya kognitif meliputi seluruh mata pelajaran, aspek afektif sangat dominan pada materi pembelajaran akhlak, PPkn, seni. Aspek psikomotorik sangat dominan pada mata pelajaran fiqh, membaca Al Quran, olahraga, dan sejenisnya. Begitu juga halnya dengan mata pelajaran yang lain, pada dasarnya ketiga aspek tersebut harus dinilai.
Penilaiannya tidak saja merupakan kegiatan tes formal, melainkan juga:
1) Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan bersikap pada waktu belajar atau berkomunikasi dengan guru dan sesama teman;
2) Pengamatan ketika siswa berada di ruang kelas, di tempat ibadah dan ketika mereka bermain;
3) Mengamati siswa membaca Al-Qur an dengan tartil (pada setiap awal jam pelajaran selama 5 – 10 menit)
Oleh karena itu menurut penulis dalam KTSP siswa sangat diberikan kesempatan untuk mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut ataupun dengan kata lain siswa itu sebagai pusat pembelajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/09/17/indikator-pencapaian-kompetensi-dan-tujuan-pembelajaran-dalam-ktsp/

http://dokumens.multiply.com/journal/item/34

http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html

http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html

http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/

http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/evaluasi-pembelajaran/

http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/evaluasi-pembelajaran.html

http://pelangi-pendidikan.blogspot.com/2007/07/evaluasi-ktsp.html

http://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm

http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pedoman-penyusunan-ktsp-presentation

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran

http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan

Kamis, 27 Januari 2011

Teori Erving Goffman& Robert k.mErton



Liku liku gara2 dsruh bwt Pr Mncri contoh Teory ala Robert K merton & Erving goffman...haaaa ksihan deh q disuruh contoh satu g mau eh akhirnya dsruh cari 5 contoh msing dr dua teori fungsi...banyak mnfaat loh mmpelajari teory ini...kita dlami n pengenalan dlo yuk mengenei teori kedua ini.......................

teori Goffman dlo yah
teori in dsbut dengn teori DRamaaa turgi

DRAMATURGI
SEJARAH

1945:Tahun dimana, Kenneth Duva Burke(May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritis literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox, 2002).Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. 1959: The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial The Presentation of Self in Everyday Life. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.

INI BUKAN DRAMATURGI ARISTOTELES

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar, dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari. Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles. Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan, Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton. Nilai-nilai yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam maha karyanya ini kemudian dikenal dengan “aristotelian drama” atau drama ala aristoteles, dimana deus ex machina[1] adalah suatu kelemahan dan dimana sebuah akting harus tersusun secara efisien. Banyak konsep kunci drama, seperti anagnorisis[2] dan katharsis[3], dibahas dalam Poetica. Sampai sekarang “aristotelian drama” sangat terlihat aplikasinya pada tayangan-tayangan tv, buku-buku panduan perfilman dan bahkan kursus-kursus singkat perfilman (dramaturgi dasar) biasanya sangat bergantung kepada dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Aristoteles.

DRAMATURGI: BENTUK LAIN DARI KOMUNIKASI

Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Seperti yang kita ketahui, Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life. Buku tersebut menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Bila Aristoteles mengacu kepada teater maka Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Kenapa komunikasi? Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu. Hal ini setara dengan yang dikatakan oleh Yenrizal (IAIN Raden Fatah, Palembang), dalam makalahnya “Transformasi Etos Kerja Masyarakat Muslim: Tinjauan Dramaturgis di Masyarakat Pedesaan Sumatera Selatan” pada Annual Conference on Islamic Studies, Bandung, 26 – 30 November 2006: “Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.”

DRAMATURGIS : KITA SEBENARNYA HIDUP DI ATAS PANGGUNG

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya, seorang front liner hotel senantiasa berpakaian rapi menyambut tamu hotel dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang front liner bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (merokok, dsb). Saat front liner menyambut tamu hotel, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut tamu hotel dan memberikan kesan baik hotel kepada tamu tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang front liner juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen hotel. Saat istirahat makan siang, front liner bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen hotel adalah bagaimana sang front liner tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.

KRITIK TERHADAP DRAMATURGI

Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total

Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.

Menihilkan “kemasyarakatan”

Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan.

Dianggap condong kepada Positifisme

Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme[4]. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.

ANALISA DRAMATURGI

Dramaturgis masuk dalam Perspektif Obyektif

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Misalnya, pada kasus Kekerasan pada Rumah Tangga (“KDRT”), saat perilaku kekerasan itu hendak terjadi, korban sebenarnya memiliki pilihan, berserah diri atau melakukan perlawanan. Bila ia memberontak maka konsekuensinya adalah ini dan bila ia pasrah maka akibatnya seperti itu. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat ia menjalani peran yang dipilihnya tersebut. Misalnya yang ia ambil adalah pasrah karena ia takut kalau ia melarikan diri konsekuensinya lebih parah, atau ia merasa terlalu tergantung kepada tersangka dan mengkhawatirkan nasih anaknya bila ia melawan. Maka, setelah itu ia akan menjalani perannya sebagai korban. Secara naluriah ia akan menutupi bagian tubuhnya yang mungkin menjadi sasaran kekerasan. Atau ia berusaha untuk menutupi telinganya untuk melindungi mental dan psikologisnya. Itulah mengapa dramaturgi di sebut memiliki muatan objektif. Karena pelakunya, menjalankan perannya secara natural, alamiah mengetahui langkah-langkah yang harus dijalani.
Pendekatan Keilmuan Little John – Pendekatan Scientific (ilmiah – empiris)

Seperti telah dijabarkan diatas, Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Ini merupakan asas dasar dari penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan scientific[5]. Obyektifitas yang digunakan disini adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut. Institusi ini kemudian yang diklaim sebagai institusi total sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya. Bahwa hasil dari peranan itu sesungguhnya, bila proses (rumusnya) dijalankan sesuai dengan standar observasi dan konsistensi maka bentuk akhirnya adalah sama. Contohnya, bila seorang pengajar mempraktekkan cara mengajar sesuai dengan template perguruan tinggi maka kualitas keluaran perguruan tinggi tersebut akan menghasilkan kualitas yang bisa dikatakan relatif sama. Atau untuk contoh front liner hotel diatas, bila front liner dapat memainkan skenario penyambutan tamu manajemen hotel, niscaya tamu akan merasa dihargai, dihormati, senang dan bersedia untuk datang menginap kembali di hotel tersebut.
[1] Frase ini berasal dari bahasa Latin yang secara bahsa berarti Tuhan keluar membantu. Hal ini menunjuk pada karakter buatan, imajiner, alat ataupun peristiwa yang tiba-tiba saja terjadi atau ada dalam sebuah pertunjukan fiksi atau drama sebagai jalan keluar dari sebuah situasi atau plot yang sulit (contohnya, tiba-tiba ada ibu peri yang muncul untuk menolong Cinderella supaya bisa datang ke pesta dansa di istana).

[2] Aristoteles mengartikan kata ini sebagai “perubahan perilaku dari acuh menjadi butuh karena perkembangan cerita (mengetahui yang sesungguhnnya), tumbuhnya rasa cinta atau benci yang timbul antar karakter yang ditakdirkan oleh alur cerita”. Contohnya, pangeran dalam cerita Cinderella sebelum tidak peduli pada gadis-gadis yang memiliki sepatu kaca, tapi begitu ia mengetahui bahwa gadis misteriusnya memakai sepatu kaca, maka ia mencari gadis-gadis yang muat dengan sepatu kacanya.

[3] Kata ini mengacu kepada sensasi, atau efek turut terbawanya alur cerita ke dalam hati. Perasaan ini seyogyanya muncul di hati para penonton seusai menonton drama yang mengena. (contohnya, turut menangis,tertawa, atau perasaan iba terhadap karakter drama).

[4] Positifisme dirunut dari asalnya berasal dari pemikiran Auguste Comte pada abad ke 19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
[5] Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Objektivitas yang dimaksudkan di sini adalah objektivitas yang menekankan prinsip standardisasu observasi dan kosistensi. Landasan philosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.

ROBERT K MERTON

Biografi

Robert K merton seorang imigran yahudi yang memiliki semangat belajar tinggi, dengan bantuan beasiswa pula, Merton mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Murid yang paling berpengaruh dan lulus paling awal. Beberapa penulis buku teori sosiologi modern mengatakan bahwa merton adalah murid Parsons. Artinya kalau pendekatan-pendekatan merton bersifat fungsionalisme, hal ini tidak lepas dari pengaruh gurunya itu. Ilmuan-ilmuan lain yang mempengaruhi seperti Emile Durkheim yang mengisyaratkan bahwa sosiologi harus memiliki sifat empiris, metodologi yang sangat ketat dan disiplin dengan data-data. Selain itu pengaruh Max Weber terlihat jelas pada disertasi doktoralnya yang membahas tentang hubungan antara protestantisme dan perkembangan ilmu khususnya di abad ke 17 di inggris. Robert K.Merton sebagai pendukung model fungsionalisme stuktural yang paling moderat dewasa ini, analisis fungsional Merton sesungguhnya merupakan hasil perkembangan pengetahuannya yang menyeluruh menyangkut para ahli teori-teori sosiologi klasik. Dia mencoba menyempurnakan berbagai konsep pemikiran Durkheim dan Weber dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial, bahwa birokrasi merupakan struktur sosial yang terorganisasi secara rasional dan formal, meliputi pola kegiatan yang jelas dan berhubungan dengan tujuan organisasi. Diskripsi Merton tidak terbatas pada struktur melainkan terus dikembangkan pada pembahasan tentang kepribadian sebagai produk organisasi stuktural.
Istilah Fungsi

Fungsionalisme struktural merupakan paradigma dominan pada sosiologi generasi pertama. Kekuatannya terletak pada[1] triple alliance, yakni: teori, metode dan data. Dari ketiganya, ilmuan fungsionalisme selalu rajin mencurahkan pikiran dan waktu untuk memfokuskan teoritis dan memperjelas konsep. Ada banyak istilah fungsional baik digunakan oleh sosiolog maupun orang awam. Pengertian fungsi adalah:

ü Padanan kata dari “pekerjaan”[2] mengutip weber, pekerjaan = spesialisasi

ü Aktifitas yang menunjuk pada pemegang status sosial, khususnya pemegang jabatan kantor atau polisi politik.

ü Hubungan satu atau lebih variabel yang dinyatakan dengan nilai atau ketergantungan nilai yang dimiliki yang dijelaskan secara matematik.
Fungsionalisme Merton

Fungsionalisme yang dikembangkan Merton benar-benar ke arah makro yang merupakan “sosiologis” ala Durkheim. Benar-benar berbeda dengan internal dan membuat kodifikasi analisis fungsi. Batasan fungsi Robert K Merton:
Dalam konteks Merton, penekanan fungsi lebih diletakkan pada sudut pengamat dan tidak peduli pada partisipan. (peneliti obyektif dan tidak terpengaruh terhadap argument orang lain)
Fungsi sosial menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi objektif yang dapat diobservasi dan tidak menunjuk pada kecenderungan subjektif seperti yang terdapat dalam psikis atau hal-hal internal dalam individu. Gambaran paling jelas, kita bisa membedakan antara motif untuk menikah, seperti cinta atau alasan-alasan personal (ekonomi, menutupi aib) apa yang menjadi alasan individu melakukan tindakan sangat tidak bisa disamakan dengan konsekuensi yang terobservasi dari pola-pola perilaku. Keduannya berdiri sendiri, inilah yang merupakan kata kunci dari istilah fungsi.

Model Struktural Fungsional Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai [3]tiga postulat dasar analisis fungsional sebagaimana dikembangkan oleh antropolog seperti Malinowski dan Radcliffe-Brown. Postulat-postulat tersebut adalah :

a) Postulat kesatuan fungsional masyarakat, postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat.

b) Fungsionalisme universal dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial cultural memiliki fungsi positif. Contoh naassionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah mengembangkan persenjataan nuklir.

c) Postulat Indispensabilitas, arumennya adalah bahwa seluruh standar masyarakat tidak hanya memiliki funsi positif namun juga merepresentasikan bagian-bagian tak terpisah dari keseluruhan.
Revisi merton — Fungsionalisme Baru

Tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang sama/ tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional, dalam kebudayaan masyarakat senantiasa juga terdapat disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat, tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain.( contohnya: di pulau jawa, memakan daging sapi bukan hal yang tabu, sedangkan di Bali, memakan daging sapi di masyarakat hindu bali merupakan hal yang tabu, sebab sapi di Bali pada umumnya sebagai hewan yang dikeramatkan, maka mereka cenderung memakan daging selain daging sapi, misalnya daging anjing atau hewan lain). Hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling memengaruhi. Misalnya, dalam masyarakat, keluarga merupakan unsur fungsional, termasuk kencan dan pacaran juga demikian namun juga mengandung unsur disfungsi. Menariknya secara fisik, hal itu cenderung menginginkan sebatas hal yang romantis saja sehingga Justru, hal itu menuntut penggunaan topeng dan menyembunyikan jati diri sesungguhnya. Pada konteks ini pacaran dan kencan bersifat disfungsi. Mungkin postulat-postulat fungsi tersebut berlaku dan banyak ditemukan pada masyarakat yang masih buta huruf. Tetapi, ketika masyarakat semakin maju, tidak semuannya fungsional.
Fungsi Manifes dan Fungsi Laten

Fungsi manifes dalam social structures and system dapat dijelaskan ciri dan fungsinya, seperti yang dinyatakan William M Dobriner yakni fungsi manifes adalah jelas, milik publik, ideologis, nyata, alamiah/tidak dibuat-buat, memiliki maksud dan penjelmaan dari akal sehat. Fungsi manifes adalah tujuan atau penjelasan aktor dalam struktur yang berguna untuk menilai atau menjelaskan fakta sosial, kelompok atau peristiwa (dalam arti sederhananya yaitu fungsi yang dikehendaki). Sedangkan yang dimaksud sebagai fungsi laten adalah tidak diharapkan dan tak mengenali konsekwensi dari konsep yang sama. Beberapa isu yang bisa dilihat dengan dua konsep diatas misalnya perkawinan antar ras, stratifikasi sosial, frustasi, propaganda sebagai alat kontrol sosial, mode pakaian, dinamika kepribadian, dinamika birokrasi, ukuran keamanan nasional dan konsekuensi gaji baru (bisa bersifat menggerakkan semangat kerja (manifes), tapi juga bisa membungkam saat berbeda pendapat dengan kebijakan manajemen (latten). Kesulitan didapatkan pada saat melakukan investigasi empiris, sebab tidak ada perilaku tunggal yang hanya bersifat manifes saja, karena sering kali ada lebih dari satu motif yang bisa dimasukkan baik sebagai manifes ataupun laten. Orang yang belajar di PT tidak mesti menuntut ilmu, tetapi juga mengurangi status sebagai pengangguran.
Pola-pola adaptasi individu pada perubahan

Perspektif Merton bergeser dari pola nilai budaya menjadi tipe-tipe adaptasi pada nilai-nilai mereka yang hidup dalam posisi berbeda pada struktur sosial (Robert K Merton, 1968:193). Ada 4 tipologi cara adaptasi individu, yaitu kerja sama, inovasi, ritualisme, retretisme dan pemberontakan. Perilaku dalam tipe spesifik dari situasi, bukan kepribadian. Ia adalah tipe tanggapan yang kurang lebih berjalan terus-menerus.
Kerja sama (conformity)

- Membuat masyarakat bisa eksis dan berlanjut.

- Individu bisa menerima baik tujuan kultural maupun alat institusional.

- Baik Interaksi sendiri maupun secara keseluruhan terjadi secara tidak teratur
Inovasi (innovation)

- Penggunaan alat secara kebudayaan dilarang namun sangat efektif mendapatkan gambaran nyata (wealth and power)

- Adaptasi terjadi ketika individu telah berasimilasi dengan kebudayaan yang menuju pada tujuan, tanpa diimbangi oleh internalisasi norma institusi untuk mencapai tujuan itu.

- Misalnya sarjana yang memalsukan ijasah demi mendapatkan pekerjaan atau gelar S-2 dan S-3 tapi tidak bisa menunjukkan universitas manakah almamaternya.
Ritualisme (Ritualism)

- Melepaskan tujuan kultural yang tinggi dari keberhasilan duniawi dan mobilitas sosial.

- Bagi yang masuk kelompok ini bisa menolak tujuan.

- Ketika ada keputusan individual, kebudayaan tetap mengizinkan, hanya saaja bukan itu yang paling disukai kebudayaan.

- Sudah menjadi hal biasa ketika status individu tergantung pada masing-masing individu.

- Pada kelommpok ini, keinginan kuat cenderung mengalami frustasi, aspirasi rendah demi mendapatkan kepuasan dan keamanan.
Pengasingan diri (Retreatism)

- Mereka melepaskan tujuan yang menentukan secara kultural dan perilaku mereka tidak sesuai dengan norma institusional.

- Kesempatan yang besar di masyarakat tidak bisa mendukung kesuksesan individu, sehingga mereka menghentikan alat institusional itu, baik yang diakui maupun efektif. Contoh: defeatism (kekalahan), questism (ketenangan), dan resignation (pengunduran diri).
Pemberontakan (Rebellion)

- Adaptasi mengarahkan individu di luar struktur sosial melingkupi untuk mempertimbankan dan mencari penciptaan hal baru, terutama berkaitan dengan struktur sosial yang dimodifikasi secara besar-besaran.

- Proses ini mengisyaratkan aliesnasi dari tujan dan standar yang memerintah. Ini datang karena kesewenang-wenangan.

- Ketika sistem lembaga diketahui sebagai halangan untuk pemuasan tujuan, maka peluang untuk rebellion menjadi adaptif.

- Alianasi yang berisiketidakpuasan tidak hanya meninggalkan struktur sosial yang ada, tetapi mentranfer pada kelompok baru yang memiliki mitos baru.

- Dalam individu yang masuk pada pemberontakan, terdapat perubahan penting pada nilai-nilai.
Struktu Sosial dan Anomi

[4]Yaitu analisis Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Merton mendefinisikan kebudayaan sebagai serangkaian nilai normatif teratur yang mengendalikan perilaku yang diberlakukan sama kepada seluruh anggota masyarakat atau kelompok tertentu dan struktur sosial sebagai serangkaian hubungan sosial teratur yang mempengaruhi anggota masyarakat masyaraat atau kelompok tertentu dengan satu atau lain cara. Anomi terjadi ketika terdapat disjungsi akut antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan kemampuan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jadi, karena posisis mereka dalam struktur sosial masyarakat beberapa orang tidak mampu bertindak menurut nilai-nilai normative.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2008. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rachmad K.Dwi Susilo.2008.20 Tokoh Sosiologi Modern. _______: Ar-Ruzzmedia.

Johnson, Doyle Paul.1986. TEORI SOSIOLOGI Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.

Soekanto, Soerjono.2010.Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT.Rajawali Pers.
[1] Rachmad K Dwi Susilo, 20 Tokoh Sosiologi Modern


[2] Max Webber

[3] George Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sossiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern, (268)

[4] George ritzer and Dougla J. Goodman, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern (273)



^~^ selmat belajr q juja mau bljr ni hsl Kopas haaaa ^~^

Selasa, 10 Agustus 2010

Asal Mula Burdah


Burdah Masa Nabi Muhammad saw.

Barangkali, selama ini kita, kalangan pesantren, hanya mengenal Burdah karya al-Bushiri semata. Padahal, ada kasidah Burdah lain yang muncul jauh sebelum al-Bushiri lahir (abad ke tujuh H, atau abad tiga belas M.). Kasidah itu adalah bait-bait syair yang di gubah oleh seorang sahabat yang bernama lengkap Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma al-Muzny. Sebagai ungkapan persembahan buat Nabi Muhammad Saw. Ka’ab termasuk salah seorang Muhadrom, yakni penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam.

Ada kisah menarik dibalik kemunculan Burdah Ka'ab bin Zuhair ini. Mulanya, ia adalah seorang penyair yang suka menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat dengan gubahan syairnya, kemudian ia lari untuk menghindari luapan amarah para sahabat Nabi.

Pada peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah), saudara Ka'ab yang bernama Bujair bin Zuhair berkirim surat padanya yang berisikan antara lain: anjuran agar Ka'ab pulang dan menghadap Rasulullah. Ka'ab-pun kembali dan bertobat. Lalu ia berangkat menuju Madinah dan menyerahkan dirinya kepada Rasul melalui perantaraan sahabat Abu Bakar. Diluar dugaan Ka'abb, ia justru mendapat kehormatan istimewa dari baginda. Begitu besarnya penghormatan itu, sampai-sampai Rasul rela melepaskan Burdah (jubah yang terbuat dari kain wol/sufi)nya dan memberikannya pada Ka'ab.

Dari sini, Ka'ab kemudian menggubah qasidah madahiyah (syair-syair pujaan) sebagai persembahan pada baginda Nabi yang terkenal dengan nama kasidah “Banat Su’ad� (Wanita-wanita Bahagia.) Kasidah ini terdiri dari 59 bait, dan disebut juga kasidah Burdah. Di antara prosa berirama gubahan Ka'ab adalah Aku tahu bahwa Rasul berjanji untuk memaafkanku/dan pengampunannya adalah dambaan setiap insan/Dia adalah pelita yang menerangi mayapada/pengasah pedang-pedang Allah yang terhunus

Burdah (jubah) pemberian Nabi itu, kemudian dibeli oleh sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan dari putra Ka’ab. Dan biasa dipakai oleh khalifah-khalifah setelah Mu’awiyah pada hari-hari besar.

B. Burdah Al-Bushiri

Kasidah Burdah karya Syaikh al-Bushiri, adalah salah satu karya sastra Islam paling populer. Ia berisikan sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad Saw. yang biasa dibacakan pada setiap bulan maulid/Rabiul Awal, bahkan di beberapa belahan negeri Islam tertentu, Burdah kerapkali dibacakan dalam setiap even.

Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusastraan Arab di masukkan dalam genre (bagian) al-madaih al-Nabawiyah. Sedang dalam kesusastraan Persia dan Urdu, dikenal sebagai kesusastraan na’tiyah (bentuk plural na’t yang berarti pujian). Dalam tradisi sastra Arab, al-mada’ih atau na’tiyah mula-mula ditulis oleh Hasan ibnu Tsabit, Ka’ab bin Malik dan Abdullah bin Rawahah. Sedang yang paling terkenal ialah Ka’ab bin Zuhair.

Pada abad ke-11 H., muncul seorang penyair al-madaih terkemuka, Sa’labi, yang juga seorang kritikus sastra. Namun munculnya al-Bushiri dengan Burdahnya, sebagaimana munculnya karya Majduddin Sana’i dalam bahasa Persia, al-madaih atau na’tiyah mencapai fase baru, yaitu tahapan sufistik, karena bernuansa nafas tasawuf. Lahirnya karya kedua penyair ini yang membuat puisi al-madaih berkembang pesat dalam kesusastraan Islam. Khusus karya al-Bushiri, selain sangat populer, ia juga sangat besar pengaruhnya terhadap kemunculan berbagai bentuk kesenian umat Islam. Karya al-Bushiri juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit dalam mengoptimalkan metode dakwah Islamiyah, pendidikan dan ilmu retorika (ilmu Badi’ )

Nama Burdah muncul setelah pengarangnya mengemukakan latar belakang penciptaan karya monumentalnya ini. Ketika al-Bushiri mendapat serangan jantung, sehingga separuh tubuhnya lumpuh, dia berdoa tak henti-hentinya sembari mencucurkan air mata, mengharapkan kesembuhan dari Tuhan. Kemudian dia membacakan beberapa sajak pujian. Suatu saat dia tidak dapat menahan kantuknya, lantas tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia berjumpa Nabi Muhammad saw. Setelah Nabi menyentuh bagian tubuhnya yang lumpuh, beliau memberikan jubah sufi (Burdah) kepada al-Bushiri “Kemudian aku terbangun dan kulihat diriku telah mampu berdiri seperti sediakala� ujar Syekh al-Bushiri.

Awalnya, al-Bushiri memberi nama karyanya ini dengan nama kasidah Mimiyah, karena bait-bait sajaknya diakhiri dengan huruf Mim, selanjutnya kasidah ini dikenal dengan kasidah Bara’ah, sebab menjadi cikal bakal sembuhnya sang pujangga dari kelumpuhannya. Hanya saja nama kasidah Burdah lebih populer di kalangan umat Islam dibanding sebutan yang lain.

Kasidah Burdah terdiri atas 162 sajak dan ditulis setelah al-Bushiri menunaikan ibadah haji di Mekkah. Dari 162 bait tersebut, 10 bait tentang cinta, 16 bait tentang hawa nafsu, 30 tentang pujian terhadap Nabi, 19 tentang kelahiran Nabi, 10 tentang pujian terhadap al-Qur’an, 3 tentang Isra’ Mi’raj, 22 tentang jihad, 14 tentang istighfar, dan selebihnya (38 bait) tentang tawassul dan munajat.

Kasidah Burdah telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia; seperti Persia, India, Pakistan, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastun, Indonesia, Sindi dan lain-lain. Di Barat, ia telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan Italia.

***8&&&&***